1. Gunung Judi
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim".
Bagi umat Islam yang pernah membaca sejarah 25 Nabi dan Rasul, pastinya mengetahui tentang kisah Nabi Nuh AS. Ia diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kaumnya menyembah Allah SWT. Dan, selama lebih dari 900 tahun berdakwah kepada tiga generasi dari kaumnya, Nabi Nuh AS hanya mendapatkan pengikut sebanyak 70 orang dan delapan anggota keluarganya. Nabi Nuh AS berdakwah siang dan malam, namun kaumnya tak juga mau menerima kehadirannya sebagai pesuruh Allah SWT. Hingga akhirnya, ia memohon kepada Allah agar kaumnya yang suka membangkang itu diberikan pelajaran agar mereka mau menyembah Allah. Doanya pun dikabulkan oleh Allah SWT. Ia diperintahkan untuk membuat sebuah kapal sebagai persiapan bila siksa Allah telah datang berupa banjir. Di dalam kapal tersebut, nantinya diikutsertakan pula semua spesies binatang secara berpasang-pasangan. Setelah semuanya telah siap, pengikut Nabi Nuh dan hewan-hewan telah naik ke kapal, tak lama kemudian turunlah hujan lebat sehingga mengakibatkan banjir besar. Selain mereka yang berada di atas kapal, tak ada yang selamat dari banjir tersebut. Dan, ketika banjir telah reda, kapal Nabi Nuh kemudian terdampar (berlabuh) di sebuah bukit yang tinggi (al-Judy). Peristiwa ini secara lengkap terdapat dalam Alquran Surah Nuh ayat 1-28 dan Hud (11) ayat 25-33, 40-48, dan 89. Cerita serupa juga terdapat dalam berbagai surah lainnya dalam Alquran.
2. Gunung Sinai (BukitThur/Sinai/Thursinai)
Bukit atau Gunung Tursina merupakan salah satu tempat yang tentunya tak lagi asing di telinga kita. Di sanalah, Nabi Musa bermunajat kepada Allah untuk menunjukkan bukti kenabian kepada kaumnya. Di sana pula, dua mukjizat kenabian Musa diberikan dalam wujud tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya setelah dimasukkan dalam ketiak. Ya, bukit Tursina pulalah yang menjadi saksi bahwa Nabi Musa pernah berbicara langsung kepada Allah sebagaimana halnya Nabi Muhammad yang berbicara langsung kepada Allah di Shidratul Muntaha. Di tempat ini pula kita akan temui dua jenis buah yang dijadikan sumpah oleh Allah , buah tiin dan buah zaitun.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
dan demi bukit Sinai.
3. Gunung Nur (Jabal Nur)
Gunung ini menjadi salah satu favorit umat Islam yang datang ke Makkah sebab di pegunungan (Jabal Nur) inilah Rasulullah SAW menerima wahyu pertama (QS al-Alaq [96]: 1–5). Ayat ini diterima Rasulullah SAW saat sedang bertafakur di sebuah gua kecil yang dinamakan Gua Hira. Dengan turunnya ayat tersebut, sekaligus mengukuhkan diri Rasulullah SAW sebagai utusan Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dan membawanya ke jalan yang lurus (shiratal mustaqim). Jabal Nur terletak sekitar lima kilometer di utara Makkah atau di sebelah kiri perjalanan saat menuju Arafah. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter. Perjalanan mendaki puncak Gua Hira membutuhkan waktu sekitar dua jam. Di sekelilingnya terdapat sejumlah perbukitan batu dan jurang. Di kawasan Jabal Nur dan Gua Hira ini tidak terdapat tanaman apa pun juga. Seluruhnya terdiri atas bebatuan yang besar dan gersang. Dan, Gua Hira terletak di belakang dua buah batu besar yang sangat dalam dan sempit. Tinggi gua sekitar dua meter dan luasnya hanya cukup untuk tidur tiga orang berdampingan.
4. Gunung Rahmah
Bagi jamaah haji dan umrah, rasanya tak lengkap ketika berkunjung ke Tanah Suci bila tidak mampir ke Jabal Rahmah (gunung kasih sayang). Mengapa? Karena Jabal Rahmah merupakan salah satu tempat paling mengesankan dan menarik untuk didatangi. Pertama, dinamakan Jabal Rahmah (gunung kasih sayang) karena di tempat inilah manusia pertama, yakni Adam dan Hawa, bertemu setelah sekian puluh (ada yang menyebut ratusan) tahun terpisah sejak dikeluarkan dari surga. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah. Gunung atau bukit ini terletak di Arafah, sekitar 25 kilometer sebelah tenggara Kota Makkah. Bahkan, lokasi pertemuan nenek moyang umat manusia itu kini ditandai dengan sebuah tugu (monumen) berwarna putih. Bahkan, menurut sejumlah kalangan, pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa itu senantiasa diperingati oleh Nabi Adam sendiri dan kemudian diteruskan oleh keturunannya sampai sekarang ini. Dan, pada musim haji, lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa ini senantiasa dikunjungi para jamaah haji.
0 comments:
Post a Comment